Sabtu, Desember 27, 2008

Sejarah KDE

Sejarah KDE

Ariya Hidayat (ariya@kde.org, http://ariya.pandu.org).

KDE (K Desktop Environment), sebuah lingkungan desktop yang terkenal stabil, mudah digunakan, dan cocok untuk pemula adalah proyek open-sourcebesar dengan 800 lebih kontributor dan 2,6 juta baris program. KDEtidaklah serta merta muncul begitu saja seperti mainan seorang pesulap.Sejak kelahirannya Oktober 1996, proyek KDE sudah melewati masa balitanyadengan peluh dan segala kericuhan. Tulisan ini mencobamengangkat beberapa sisi lain dari hikayat perjalanan KDE, mulai darikelahiran hinggaperkembangannya.

Dari Tubingen ke Penjuru Dunia

Matthias Ettrich adalah seorang mahasiswa Universitas Tubingen, Jerman yang di pertengahan tahun90-an dikenal sebagai programer LyX. Ketika masa-masa penggunaan TeX sebagai typesetter yang profesional merambah ke mahasiswa, Matthias melihat bahwa ada hal yang masih lowong dengan LaTeX: sebuah antarmuka grafis. Tidak ada yang menyangkal bahwa cetakan hasil typesetting LaTeX sungguh berkualitas, akan tetapi banyakpula yang mengeluhkan susahnya menggunakan LaTeX sehari-hari. Memang, bagi kebanyakan orang menjalankan perintah baris yang penuh dengan trik sana-sini lebih mirip dengan pekerjaan seorang programer tatkala melakukan compileprogramnya.

LyX adalah aplikasi kecil yang akhirnya menjadi 'bayi' kesayangan Matthias. Apayang ditawarkan LyX sesungguhnya relatif sederhana: kemudahan menyusun dokumen dengan tampilan grafis yang menggunakan menu dan fitur ala WYSIWYG (What YouSee Is What You Get). Namun, sebenarnya sendiri LyX adalah front-end untuk LaTeX. Dengan kata lain, LyXtetap memanfaatkan LaTeX manakala akan mencetak dokumen. Hasil akhirnya,seorang user bisa menikmati kecanggihan LaTeX namundengan kemudahanantarmuka grafis.

Bersyukurlah bahwa Matthias Ettrich tidak berhenti hanya dengan LyX. Di satu masasekitar musim gugurtahun 1996, ia mengirimkan e-mail ke mailing-list LyX:

To: lyx@via.ecp.fr
Subject: Kool Desktop Environment
From: ettrich@peanuts.informatik.uni-tuebingen.de
Date: Mon, 14 Oct 1996 15:19:00 +0100 (MET)
Reply-To: lyx@zen.via.ecp.fr
Sender: owner-lyx@zen.via.ecp.fr
Hello,

I try to start another project with the goal to make Unix/X11 more
userfriendly. I just want to start this and do little coding, most
of my programming time will still go into the LyX development.

yang diikuti dengan penjelasan panjang lebar mengenai visinya sendiri tentang KoolDesktop Environment, proyek yang sasarannya adalah membuat Unix menjadi ramah dan mudah digunakan (user-friendly). Belakangan nama Kool DesktopEnvironment ini diringkaskan menjadi KDE saja, dan malahan akhirnya K pada KDE tidak lagi berasosiasi dengan Kool.

Karena tujuannya yang relatif ambisius, tentu saja makan waktu cukup lama bagi tim KDE (yang dikepalai oleh Matthias) untuk menelurkan versi pertama dari KDE.Apalagi, karena betul-betul dibangun dari awal, maka terdapatbanyak sekali pekerjaan-pekerjaan berat (yang sifatnya membangun fondasi dasar) yang harusdikerjakan dengan sungguh-sungguh. Tim ini juga memutuskan untuk menggunakanberbagai lisensi perangkat lunak open-source untuk KDE dan infrastrukturnya.

Setelah penuh perjuangan mendesain, memprogram, dan menyusun berbagai komponen yang diperlukan bagi terwujudnya sebuah lingkungan desktop, makamusim panas tahun1998 menandai dilepasnya KDE 1.0, versi stabil pertamayang dapat diinstalasi dan dinikmati oleh pengguna Linux. Tidak hanya itu,KDEjuga tersedia untuk varian Unix yang lain, antara lain FreeBSD,HPUX, dan Sun Solaris.

KDE 1

Tampilan KDE 1.0

KDE versi pertama ini terdiri atas beberapa perangkat dasar. Sesuai namanya, yang utama ditawarkan KDE adalah lingkungan desktop yang modern,mencakup sistem menu (KStart), panel seperti taskbar-nya Windows(KPanel), serta window manager (KWM). Sebagai catatan,sungguhpun KDE mempunyai window managernya sendiri, yakni KWM, tidak adamasalah jika KDE digunakan bersama window manager lain seperti WindowMaker atau Enlightment.

Di samping lingkungan desktop, KDE juga menawarkan sejumlah aplikasi yang sangat bermanfaat. Ada file manager untuk mengurusi file dan harddisk, ControlCenter guna mengatur berbagai konfigurasi sistem (KControl), imageviewer untuk melongok isi file gambar , terminal emulator bernama Konsole, e-mail client (KMail), dialer (kppp), organizer (KOrganizer) dan puluhan aplikasi lainnya. Selain memiliki konsistensi tampilan (dalam soal menu, ikon, dantata warna), kesemua aplikasi ini juga saling terintegrasi dengan baik.Sebagai contoh, mengklik file PNG di file manager akan otomatik mengeksekusi image viewersehingga isi file PNG tersebut bisa dilihat dengan mudah.

Rendah Hati, Bertangan Dingin
Banyak orang bilang bahwa programer, hacker, developer, maupun jagoan komputer biasanya congkak danbanyak omong. Nah, Matthias Ettrich adalah kebalikan dari semua itu. Mengenang perjumpaan penulis dengan Matthias sekitar dua tahun yang silamdi Karlsruhe, mudah untuk diamati bahwa memang kesan penampilan yangramah dan menarik langsung tersiratkan dalam dirinya. Matthias juga samasekalitidak sombong dan malahan cenderung pemalu sehingga bahkan banyakyang tidak tahu (dan tidak menyangka) bahwa LyX dan KDE lahir dari tangan dinginnya. Setelah menyelesaikan studi di UniversitasTubingen, kini Matthias bekerja di Trolltech untuk terus memoles Qt menjadi toolkit yangprofesional.

Keseragaman dan kerjasama yang baik antar aplikasi KDE dimungkinkan karena kesemuanya dibangun dengan menggunakan pustaka standar KDE, yang lazim disebut sebagai kdelibs.Pustaka ini mencakup kumpulan rutin yangdibutuhkan untuk pemrograman aplikasi grafis, fitur network, dan interaksi dengan pengguna. Kehadiran pustaka seperti ini telah dinanti-nanti oleh banyak orang, terutama programer yang berkehendak membangun aplikasi berbasis grafis dengan mudah dan nyaman.

Karena menawarkan sesuatu yang baru dan memikat, KDE 1 cepat sekali menarik perhatian orang. Tercatat SuSE, sebuah distro yang bermarkas di Jerman, menyertakan KDE 1 pada SuSE versi 6.0. Di sisi lain, meski Red Hatsaatitu belum melirik KDE, instalasi KDE 1.0 dalam bentuk paket RPM tidakresmi plus petunjuk instalasinya untuk Red Hat 5.2 telah tersedia danlangsung dicoba oleh banyak orang. Pun tersedia paket-paket serupa untukdistro lain.

Di sisi lain, kesuksesan KDE 1 tidak membuat tim programer KDE (yang akhirnya kian bertambah) lantas ongkang-ongkang kaki. Melalui serangkaiankerja keras yang penuh semangat, versi perombakan pertama yang dirilissebagai KDE 1.1 hadirbulan Februari 1999, yang disusul dengan perbaikankecil (KDE 1.1.1) bulan Mei dalam tahun yang sama. Tidak kurang, berbagaimedia pun mulai meliput kehadiran sang pendatang baru ini, mulai darimajalah LinuxJournal, eksebisi LinuxWordExpo, hingga arena CeBIT 1999 diHannover. Walhasil, beberapa penghargaan juga berhasil diraih,antara lain LinuxWorld Editor Choice Award 1999, "SoftwareInnovation of theYear" CeBIT 1999, dan Linux Journal 1999 Readers'Choice.

K = Kontroversi ?

Bahagiakah semuanya dengan kedatangan KDE ? Ternyata tidak. Beberapa orang, termasuk RichardStallman, yang dengan keras menyuarakan kampanye Free Software menolak kehadiran KDE. Hal ini bukan karena KDE itusendiri yang nyata-nyata merupakan perangkat lunak yang bebas dan open-source. Alasan utamanya adalah bahwa mereka tidak merasa nyaman karena KDE dibangun dengan toolkit bernama Qt, keluaran dari Trolltech AS, sebuah perusahaan software di Oslo, Norwegia. Hingga saat itu, Qt bukanlah merupakan pustaka yang bersifat open-source. Walhasil, meski KDE benar-benar tergolong open-source, kehadirannya sendiri ditentukan oleh keberadaan Qt yang komersil. Di sisi lain, ada pula orang-orangyang tidak peduli dengan urusan lisensi seperti misalnya Linus Torvalds yang memberikan komentar:

My opinion on licenses is that "he who writes the code gets to
chose his license, and nobody else gets to complain". Anybody
complaining about a copyright license is a whiner.

Persoalan Qt ini meluas sehingga akhirnya muncullah berbagai gagasan untuk mengatasi permasalahan ini. Yang paling sederhana tentu adalah dengan membuat Qt menjadisebuah produk open-source. Trolltech sendiri telah diminta oleh berbagai kalangan untuk melakukannya. Akan tetapi, karena model bisnis Trolltech tidakmengijinkan hal ini, maka keinginan tersebut tidak dapat diakomodasi.

Lahir pulalah sebuah proyek yang bernama Harmony. Tujuannya adalah menciptakan versi Qt yang open-source. Pengembangannya sendiri benar-benar di luar Trolltech dantidak bersangkut paut dengan Qt yang asli. Diharapkan, jika kelak proyek Harmony tuntas, maka semua perangkat lunak yang memanfaatkan Qt (jelas termasuk KDE) dapat dialihkan untuk menggunakan pustaka Harmony tanpa perlu mengubah programnya sedikit pun. Idenya kurang lebih serupa dengan Mesa3D yang merupakan implementasi open-source dari OpenGL. Dalam perkembangannya, proyek Harmony tidak menarik bagi banyak developer sehingga mati perlahan-lahan dan resmi ditutup pada Januari 1999.

Titisan Viking
Norwegia, negara yang mojok di utara Eropa ini barangkali populer karena bangsa Vikingnya yang melegenda, sebut saja Eric Si Merah yang menguasai Greenland. Kisah kerakyatannya juga tidak kalah masyhur, trollalias monster kuno yang mengerikan (dan setidaknya dicukilkan di Lord of TheRing dan Harry Potter) disebut-sebut berasal dari daerah mereka. Di abad informasi seperti sekarang, Norwegia bagi kalangan pengamat software sering langsung terasosiasikan dengan Trolltech, sebuah perusahaan yang bermarkas di Oslo dan memproduksi tookit bernama Qt (perhatikan sama namaTrolltech yang masih mengandung troll). Tetapi tunggu dulu, dikota yang sama ada pula Opera Software yang menghasilkan Opera, browser yang mengklaim diri sebagai yang tercepat di muka bumi. Bukan kebetulan kalau versi Linux dari Opera dikembangkan menggunakan Qt. Selain berlandaskan justifikasi teknis, langkah demikian juga seakan ingin mempertontonkan kekompakan mereka, cucu-cucu bangsa Viking.

Pilihan lain yang akhirnya sukses adalah mengembangkan lingkungan desktopalternatif yang sejajar dan dapat menggantikan KDE. Inilah yang dirintisoleh Miguel de Icaza dengan proyek GNOME (GNU Network ObjectModel Environment). Diluncurkan Agustus1997, GNOME dirancang untuk menjadi produk yang benar-benar sesuai standar Free Software Foundation. Karenanya, toolkit grafis yang dijadikan pendukung GNOME adalah GTK+, yakni sebuah pustaka yang sebelumnya dikenal sebagai fondasibagi GIMP (GNU Image Manipulation Program), yang benar-benarfree software (dengan lisensi LGPL).

Kehadiran proyek GNOME dan berbagai tekanan-tekanan dari para advokat perangkat lunak akhirnya mencairkan sikap Trolltech. Akhirtahun 1998, mereka akhirnya memutuskan untuk melepaskan versi Qt untuk Unix/X11 dengan QPL (Qt PublicLicense) yang menjadikanQt sebagai produk open-source. Sekitar dua tahun kemudian, Trolltech juga menambahkan pilihan kemungkinan lisensi dengan GNU GPL(General Public License)versi 2.

Tentu saja, Qt yang menjadi open-source tidak menyebabkan proyek GNOME berhenti.Karenasudah terlanjur jalan, maka melewati masa-masa awal pengembanganyangberliku-liku, tim GNOME dengan komandan Miguel de Icaza akhirnyamelepas GNOME1.0 pada bulan Maret 1999. Rilis yang dilakukan diLinuxWord Expo ini gaungnyamendunia dan memikat berbagai pihak yangmencari alternatif dari KDE.

GNOME 1

GNOME yang menjadi pesaing KDE

Persaingan antara KDE dan GNOME semakin diperpanas ketika Red Hat mengemas GNOME sebagaipilihan default. Linux Mandrake, sebuah distro yangsekarangdikenal user-friendly, mulanya sendiri lahir sebagai varian Red Hat tetapi menggunakan KDE sebagai default, versi paling awalnya keluar di bulan yang sama dengan dirilisnya KDE1. Sementara itu, SuSE tetap setia dengan KDE bahkan hingga saat sekarang.

Banyak pihak yang melihat bahwa perseteruan KDE vs GNOME sebagai hal yangburuk. Jikalah kedua tim bergabung, maka tentu hasilnya akan lebih dahsyat dan tidak akan energi yang terbuang percuma. Di sisi lain, justruadanya persaingan seperti ini akan memancing kemunculan inovasi yangmembuat masing-masing kubu menjadi semakin kompetitif. Sementara itu,secara teknis sendiri tim developer KDE dan GNOME menggunakan pendekatandan teknologi yang berbeda, dan sudah barang tentu akan memakan waktu dantenaga untuk saling diselaraskan.

Bagi kebanyakan pemakai komputer, baik KDE ataupun GNOME bisa saja dianggapsebagai berkah. Toh, kelebihan penggunaan free software adalahadanya kebebasan penuh. Yang tidak suka KDE tinggal beralih ke GNOME,sementara itu yang merasa seleranya tidak pas dengan GNOME bisa menggunakan KDE. Benar-benar pilihan yang bebas !

Setelah edisi pertama lepas, para developer KDE yang jumlahnya sedikit demisedikit bertambah memfokuskan diri untuk KDE 2. Berbeda dengan KDE 1,maka KDE 2 akandibangun berlandaskan Qt 2. Dibandingkan pendahulunya,versi kedua dari Qt inimempunyai banyak fitur baru seperti misalnyadukungan Unicode, theme, XML, danbanyak hal lagi.

KDE 2: Serasa Terlahir Kembali

Mengingat beberapa bagian utama dari Qt 2 sama sekali berbeda dengan Qt 1, mautidak mau KDE juga mengalami perombakan total. Tidak salah jika dikatakanbahwa KDE 2 adalah versi yang benar-benar baru, berbeda total dengan KDE 1.Tentu saja, pengembangannya sendiri tetap menyandang tujuan yang tetapsama: menghadirkan antarmuka grafisyang nyaman dan mudah digunakan.

Beberapa bagian internal KDE juga harus ditulis ulang, baik karena desain awalyang salah maupun demi efisiensi yang lebih baik. Sebagai contoh, panel di KDE 1 telah menjelma menjadi Kicker di KDE 2 yang lebih tangkas danmenarik. Teknologi pendukung seperti KIO pun dibangun untuk memudahkan akses data dengan mudah keberbagai device, seperti disket, drivejaringan, share pada Windows SMB,d an bahkan akses data via protokolseperti HTTP dan FTP.

Sadar bahwa Internet adalah tren masa depan, tim KDE juga merancang lingkungan desktop yang bersifat Internet-ready. Walhasil, dimulailah polesan yanglebih baik terhadap KMail dan KNode yang menjadi programfavorit untuk akses e-mail dan newsgroup. Penggunaan KIO dengan baik juga menghasilkan network-transparencyyang sangat mendukung penggunaan sebuah desktop oleh pemakainya. Sebagai ilustrasi, saat mengedit sebuahfile, akan sama saja prosedurnya apakah file tersebut bercoko ldiharddisk lokal maupun tersimpan server FTP yang remote. Tidak perlu repot-repot upload secara manual.

KDE 2

Generasi kedua KDE

Beberapa programer juga menyadari pentingnya keberadaan sebuah browser web yang bisa diandalkan. Microsoft mengemas Internet Explorer sebagai bagian dari Windows, jadi mengapa hal yang sama tidak bisa dilakukan untuk KDE ? Mengingat ketika sekitar tahun 1999 Mozilla baru dilepas dari Netscape dan terbukti sama sekali tidak stabil, tim KDE memutuskan untuk mengembangkan sendiri engine untuk membangun sebuah browser web yang mendukung penuh HTML 4 dan CSS (yang akhirnya dibaptis sebagai KHTML). Aplikasi baru yang bernama Konqueror muncul ke dunia, sebuah file manager yang juga browser web (yang pastilah memanfaatkan KHTML).

Seiring dengan semakin stabilnya fondasi lingkungan desktop yang dibangun oleh berbagailibrary KDE, maka sekelompok programer KDE juga mulai memikirkan untuk mengembangkan tambahan aplikasi KDE yang lebih serius. Karena dunia Linux miskin dengan IDE(Integrated Development Environment) yang notebene sangat berfaedah untuk para developer, maka hadirlah KDevelop, sebuah IDE modern yang berbasis KDE. Dikemas bersama KDE 2, debut pertama KDevelop (juga dilengkapi debuggeryang terintegrasi) langsung membuat gebrakan yang manis dan lekas menjadi pilihan banyak programer tatkala ingin mengembangkan aplikasi grafis untuk Linux.

Sebagai sang pendahulu, KDE 1 sering dicemooh terlalu mencoba tampil mirip dengan Microsoft Windows. Melalu dukungan widget style yang ada ditawarkan Qt2, maka KDE 2 tidak lagi dapat disebut sebagai tiruannya Microsoft Windows.Dengan berbagai pilihan style yang ada, sebuah desktop yang menggunakan KDE 2 bisa saja dibuat serupa dengan Mac, Windows, BeOS, Motif, atau berbagai ragam pola tampilan yang lain. Kalau sebelumnya KDE 1 masih mentoleransi user dengan keterbatasan warna pada monitornya, maka seiring dengan meluasnya kartu grafisyang menghadirkan kekayaan True Color, maka KDE 2 juga menghadirkan ikon dan tata warna yang lebih kaya akan nuansa.

Kira-kira setahun menjelang rilis, diselenggarakan pula KDE Two, sebuah hackfest di Erlangen, Jerman yang tidak hanya untuk mengikuti tradisi KDE 1.x, tetapi juga menjadi ajang tukar pikiran sejumlah developer inti KDE yang memang kebanyakan berdomisili di Eropa.

Belakangan terbukti bahwa menulis ulang KDE sehingga dapat memanfaatkan sepenuhnya kekuatan Qt 2 memakan waktu dan energi yang besar. Berbeda dengan KDE1.x yang relatif sederhana, KDE 2 adalah proyek yang lebih serius. Developernya juga semakin tidak main-main, sebelum akhirnya dirilis Oktober 2000, KDE 2 telah melewati 5 versi beta dan 1 RC (Release Candidate). Ketika itu adalah Waldo Bastian (yang bekerjadi SuSE) bertindak selaku sang release coordinator.

Karena meningkatnya dukungan Unicode, maka KDE mulai dapat digunakan dinegara-negara yang menggunakan aksara non Latin, seperti misalnya Arab, Jepang, Korea, Rusia,Cina, dan banyak lagi. Memang, standar Unicode mengijinkan karakter yang lebih universal (yang tidak akan tertampung oleh himpunan karakter ASCII semata). Hal ini juga berarti secara langsung basis pengguna KDE meningkat drastis, tidak melulu mereka yang memanfaatkan huruf-huruf Latin saja.

Sekali lagi, kesuksesan rilis KDE 2 juga menyebabkan beberapa perhargaan berhasil disabet, antara lain Show Favorite dan Linux Community Award diajang LinuxWorld Expo 2000, Frankfurt, baik Editor's Choice 2000 maupun Reader's Choice 2000 dari LinuxJournal, Best Open Source Project di LinuxWord Expo 2001 San Francisco, Reader's Choice Award dari LinuxJournal 2001, dan masih banyak lagi.

Beberapa versi perbaikan yaitu KDE 2.1 dan KDE 2.2 juga menyusul rilis KDE 2.0. Selain perbaikan bug, terdapat juga penambahan fitur dan optimasi di versi-versi tersebut, antara lain dengan hadirnya KPersonalizer untukmelakukan kustomisasi desktop dengan cepat, restrukturisasi Control Center untuk kemudahan, serta peningkatan kualitas Konqueror.

Tonggak Sejarah KDE
Oktober 1996: KDE lahir dari inisiatif Matthias Ettrich
Agustus 1997: KDE-One, hackfest pertama di Arnsberg (Jerman)
Juli 1998: Versi pertama, KDE 1.0 dirilis setelah 4 versi Betanya diujikan dalam 7 bulan terakhir
Februari 1999: KDE 1.1, versi perbaikan dari KDE 1.0
Oktober 1999: KDE-Two, sebuah acara hack-fest diselenggarakan di Erlangen (Jerman)
September 2000: Trolltech mengumumkan bahwa Qt resmi dilisensi menggunakan GNU GPL (General Public License)
Oktober 2000: KDE 2.0 dilrilis (setelah melalui 5 versi Beta dan satu Release Candidate)
Februari 2001: KDE 2.1
Agustus 2002: KDE 2.2
April 2002: Generasi ketiga, KDE 3.0 dirilis
Maret 2003: KDE 3.1: stabil, aman, indah

Teknologi KParts untuk Konqueror dan KOffice

Yang namanya teknologi komponen ternyata mulai menjamur. Berbagai pihak yang berkepentingan dengan pengembangan software hampir tidak melewatkan kesempatanuntuk menanamkan investasi dalam penelitian di bidang ini. Bisa dimengerti, dengan membuat sebuah aplikasi terdiri atas jalinan berbagai komponen yang saling berinteraksi, hal tersebut akan meningkatkan modularitasnya. Belum lagi, kemudahan mengembangkan satu komponen tanpa terlalu bergantung kepada komponen yang lain.

Tercatat Microsoft-lah yang gigih di garda terdepannya dengan teknologi COM (ComponentObject Model) yang belakangan diimplementasikan dalam OLE (Object Linking andEmbedding) dan ActiveX. Sederhananya, tatkala Anda menyisipkan sebuah laporan keuangan Microsoft Excel dalam dokumen Microsoft Word, maka secara tanpa sadar Anda sudah menjadi "korban" dari teknologi komponen ala Microsoft.

KDE pun tidak mau ketinggalan. Dipelopori oleh Torben Weis, dicanangkanlah proyek kecil untuk menghasilkan teknologi komponen di KDE yang dinamakansebagai OpenPart. Mula-mula OpenPart mengandalkan enkapsulasi interface dengan CORBA (Common Object Request Broker Architecture) yang relatif populer di dunia middleware. CORBA memang terbukti andal dan network-ready. Sayang, untuk penggunaan di dunia desktop, OpenPart yang berbasis CORBA terlalu lamban, bahkan dengan hingga batas yang susah ditolerir. Belum lagi kompleksitasnya yang cukup tinggi, membuat hanya sedikit developer yang punya pengetahuan cukup untuk mengembangkan komponen dengan OpenParts.

Walhasil, terjadilah perombakan besar-besaran. OpenPart ditulis ulang dan direinkarnasi sebagai KParts. Terbukti, desain yang digagaskan dalam KParts terbilang sederhana dan mudah dipelajari namun menyimpan potensi yang lengkap untukmembangun komponen yang modern. Tidak hanya developer inti KDE seperti David Faure atau Simon Hausmann (yang memang terlibat langsung dipengembangan KParts), banyak programer KDE pun dapat mengambil manfaat dari teknologi KParts tanpa bersusah payah menyelami intisari CORBA terlebih dahulu.

Bila Anda sesehari menggunakan Konqueror, maka sesungguhnya Anda telah mendayagunakan kemampuan KParts. Sebagaimana telah disebutkan, KHTML adalah engineyang digunakan Konqueror dan diimplementasikan sebagai sebuah komponen KParts. Masih banyak lagi komponen lain, seperti misalnya untuk menampilkan citra, mengedit file teks, GhostScript dan sebagainya. Tidak heran jika Konqueror yangmendukung penuh KParts dapat bertindak sebagai universal viewer bagi file-file yang dikenali KDE (dan tersedia komponennya). Klik saja sebuah file PDF dalam Konqueror dan Anda akan dengan mudah melongok isinya. Hal yang sama untuk file teks, citra JPEG, PNG, PostScript, dan sebagainya.

Konqueror

Konqueror: browser, file manager, sekaligus universal viewer

KOffice, sebuah proyek ambisius yang bertujuan menghasilkan paket office terintegrasi untuk KDE, ternyata juga aplikasi yang dibangun berlandaskan KParts. Pada rilis awal KOffce 1.1, dengan David Faure yang saat itumasih bekerja untuk Mandrake berperan selaku release coordinator, terdapatbeberapa aplikasi seperti KWord (pengolah kata), KSpread (spreadsheet), KPresenter (presentasi), Kivio (diagram dan flowchart), serta KIllustrator (grafik vektor). Walaupun masih terbilang belia, KOffice sudah cukup fungsional dan memberikan harapan yang cerah di masa depan. Dengan berbasis KParts, akan sangat mudah bagi aplikasi-aplikasi KOffice untuk saling bertukar data, seperti misalnya menyisipkan lembar kerja KSpread di dalam dokumen teks di KWord.

Semakin Mantap dengan KDE 3

Kalau migrasi dari KDE 1 ke KDE 2 dirasakan sebagai perubahan yang drastis,makaberalih dari KDE 2 ke KDE 3 tidaklah demikian. Hal ini juga dipengaruhi kenyataan bahwa Qt 3 (yang menjadi fondasi KDE 3), secara hati-hati sudah dirancang agar tidak membawa perbedaan yang berarti dengan Qt 2. Karenanya,proses rilis KDE 3 sendiri lebih cepat dan tidak lagi berlarut-larut. Hanya sekitar setengah tahun lepas dari beredarnya KDE 2.2, KDE 3.0 sudah muncul kedunia, dengan Dirk Müller berperan sebagai releasecoordinator.

Mengingat waktu pengembangannya sendiri relatif singkat, tersisa banyak fitur yang diwariskan ke KDE 3. Walaupun demikian, perbaikan di sana sini (termasuk berbagai bugfix) tetap dilakukan seperti peningkatan kecepatan JavaScript dan Dynamic HTML untuk Konqueror, dukungan IMAP di KMail, style dan theme yang kian lengkap, dan banyak lagi. Yang menarik adalah bahwa KDE 3 lebih cepat dan lebih irit memori dibandingkan dengan versi sebelumnya, sesuatu hal yang jarang terjadi di dunia perangkat lunak komersil.

Sebuah paket aplikasi yang bernama KDE Edutainment juga memulai kiprah pertamanya berbarengan dengan KDE 3. Terdiri atas beberapa program "belajar sambil bermain", KDE Edutainment sangat tepat untuk anak-anak dan kaum remaja. Lihat saja koleksi aplikasinya, KTouch untuk latihan mengetik, KStar yang mensimulasikan peta langit, KVocTrain guna melatih kosakata, dan banyak lagi.

KDE 3 pun membawa tingkat konfigurasi ke arah yang heboh. Sebuah situs web www.kde-look.org muncul di tengah komunitas pengguna KDE yang menawarkankoleksi berbagai macam goodies, mulai dari style baru yang bisa menyulap KDE seindah MacOS, ikon-ikon bergaya Windows XP, tata warna alternatif, dan banyak lagi.

Dan, setelah nyaris setahun, barulah keluar KDE 3.1, sebuah perbaikan atasrilis KDE 3.0. Yang menyolok dari KDE 3.1 adalah karena waktu pengerjaannya cukup lama,bahkan hingga melewati tiga versi beta dan tujuh RC (Release Candidate). Satu hal yang sempat menunda rilisnya adalah dilakukannya security audit. Sebagaimana layaknya sebuahperangkat lunak yang dilepas ke publik, keamanan adalah isu yang mengingat.Tidak ada pengguna yang menginginkan lingkungan desktopnya mendadak di-crack oleh pihak-pihak jahil, hanya gara-gara remote exploit yang belum dibenahi.

KDE 3.1

KDE 3.1, yang paling terbaru dari KDE.

Tentu, ada juga imbuhan segudang fitur baru di KDE 3.1 seperti misalnyatampilanmodern dengan Keramik dan ikon Crystal, peningkatan kecepatan Konqueror, kompatibilitas yang lebih baik di KHTML, dukungan KMail S/MIME untuk attachment, fasilitas desktop sharing yang built-in, tambahan berbagai game, adanya download manager, dan banyak hal baru lainnya.

Perjalanan KDE yang telah melewati masa balitanya tidak membuat sekitar 800-an kontributor KDE lantas menjadi berpuas diri dan berhenti berinovasi. Rencana dan jadwal kegiatan sudah dibangun bersama-sama untuk generasi KDE berikutnya, termasuk KDE 3.2 yang kemungkinan hadir sekitar musim semi tahun ini.

Beberapa tambahan aplikasi akan ikut menyemarakkan KDE 3.2, seperti misalnya Kopete untuk instant messaging yang mendukung AIM, ICQ, Yahoo, dan banyak lagi atau Umbrellountuk pemodelan dengan UML. Melongok kesuksesan Ximian dengan Evolution-nya, tim KDE juga mencanangkan Kontact, aplikasi khusus PIM (Personal Information Management) yang mirip-mirip dengan Outlook. Dengan menggabungkan aplikasi mail, kalendar, dan dibubuhi dengan fitur groupware tentu diharapkan Kontact dapat menjadi pertimbangan bagi mereka yang ingin bermigrasi dariOutlook.

Di tengah hiruk-pikut kampanye .NET oleh Microsoft, segelintir orang mulai mengeksplorasibahasa C# (baca: C Sharp) yang diciptakan Microsoft khusus untuk platform.NET-nya tersebut. Mono, sebuah program yang juga open-source, telah merintis jalan panjang yang memungkinkan aplikasi .NET dijalankan di Linux, jelas dengan menggunakan C#. Dalam kaitannya dengan KDE, binding dari C# ke Qt telah berhasil diwujudkan denganproyek Qt#. Bukan mustahil bahwa dalam waktu dekat KDE# juga akan lahir, yang berarti aplikasi KDE bisa dibangun dalam kerangka C#.

Generasi ketiga KDE dirumorkan akan berumur cukup panjang, bahkan mungkin hingga versi3.6. Setelahnya, ketika Windows XP dan MacOS X mulai terasa usang, barulah barangkali KDE 4 bakal lahir ke dunia. Kita nantikan bersama !

Referensi

Situs resmi KDE - www.kde.org
Situs resmi GNOME - www.gnome.org

Tulisan ini sebelumnya dimuat di majalah InfoLINUX edisi 2/2003 (Februari 2003) dan 3/2003 (Maret 2003).
Revisi terakhir: Maret 2003.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan beri Komentar di Bawah ini. Saya Ucapkan Terimakasih atas Kunjungannya di Blog Saya.